“DIRGAHAYU RI KE 67”

Roberto Pangondian T
13 min readAug 19, 2021

--

Pertama-tama penulis hendak mengucapkan selamat hari jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 76, semoga di hari jadinya negara
kita tidak lagi ‘stuck in cycles’ dalam membahas dan menangani masalah kemanusiaan nya yang selama ini hanya digambarkan oleh statistik dan data serta pidato di atas kertas saja. Tapi kata ‘tidak lagi’ sepertinya masih jauh dari realisasi, mungkin bisa lebih baik dari kemarin-kemarin. Kenapa saya hanya membahas dengan kata-kata ‘diatas kertas saja’ karena di artikel ini saya hendak membahas lebih kepada permasalahan yang terjadi di negara tercinta ini. Peringatan 17 Agustus memang sejatinya hanya diperingati setiap satu tahun sekali, namun ‘damage’ nya disebabkan oleh pemerintahan yang ‘misleading’ harus berjalan dalam 365 hari di setiap tahun dan dekade sebelum ini.
Jadi sudah layak rasanya jika berhenti sejenak untuk merenungkan, ‘talk the real talk’ dan ‘step out little bit from’ hingar bingar nya perayaan kemerdekaan untuk negara yang sudah tergolong tua ini tapi sayangnya masih ‘under radar’ di dunia global jika dilihat dari ‘personality’ nya dan ‘so much more’ dan malah Indonesia di zaman kini telah terkenal di dunia global akan masalah rumah tangga yang semakin sulit dan ‘handful’ untuk ditangani. Semua hingar bingar biarlah ‘stay in TV that doesn’t even talk about the truth about reality anymore’. Toh tayangan TV dan media zaman sekarang sudah sangat-sangat jauh dari tujuan semulanya nya, TV sudah menjadi media pihak-pihak yang berkuasa untuk menjalankan agenda nya yang jika ditanya secara terang-terangan mungkin mereka akan menggunakan tema ‘woke’ padahal jika dipikir-pikir kembali TV tidak jauh dari kata pekerjaan semata untuk mengejar rating dsb dan pihak yang terlibat mereka ingin membuat suatu impresi bagus untuk pihak atau audiensi tertentu. Hingar bingar dan momen kemerdekaan pun akhirnya hanya tinggal sebagai memori. But we appreciate the positive energy dari semua perayaan ini.

‘In this article I want to little bit biased’. Yes, biased towards people outside of the government, the government that has mislead so many people (by my opinion). Di artikel ini saya tertarik untuk lebih membahas pada sisi ‘human psyche’ yang melibatkan rakyat dan pemimpinnya. Sebelum saya mulai membuka poin-poin nya saya ingin memberikan sedikit perhatian bahwa di dalam artikel mengandung bahasa yang kuat, dan gambaran-gambaran yang mungkin membuat sebagian pembaca akan ‘triggered’ oleh konten yang diberikan, bisa dengan peristiwa atau orang-orang yang terlibat dsb. Jadi diharapkan untuk dipahami jika memilih lanjut membaca silahkan, jika tidak juga dipersilahkan. Terima Kasih.

Langsung saja untuk poin yang pertama.

  1. The Master Mind of Mr. President
    Sebelum menulis bagian ini penulis benar-benar mendapat ‘goosebumps’, karena penulis sempat berpikir apa yang kurang untuk melengkapi poin ini dan benar saja penulis langsung mendapat ide untuk menghubungkan nya dengan postingan oleh media online ‘Vice ID’ melalui akun instagram nya (19/08/21). Yang mana membahas berita tentang pembuat mural yang viral di media sosial twitter. Tentu saja pria ini viral ketika ia diketahui membuat mural yang bersinggungan dengan tokoh penting di negara tercinta yaitu Bpk Presiden Jokowi yang lalu lalu membuat nya kedalam kaos untuk dijual. Berita tersebut berbunyi “Kasus Riswan jadi aksi polisionil kesekian sejak sejumlah mural berisi kritik dibicarakan di media sosial. Tiga mural yang menyita perhatian adalah “404:Not Found” dan “Tuhan Aku Lapar” di Tangerang, serta “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit” di Pasuruan”. Pembuat mural “404:Not Found” kini masih diburu polisi sementara karyanya ditimpa cat hitam. Sedangkan pembuat mural “Tuhan Aku Lapar” mengaku diintimidasi polisi. Respons reaktif kepolisian ini dipertanyakan publik karena tak jelas pasal pidana apa yang dilanggar. Sejumlah ahli dan praktisi hukum telah turun bicara bahwa istilah “simbol negara” tak dikenal hukum Indonesia. Jika pun polisi merujuk UU tentang lambang negara, presiden tak termasuk di dalamnya.
    Pengacara publik dari LBH Jakarta Shaleh Al Ghifari menambahkan, pasal penghinaan presiden di KUHP telah dihapus sejak 2006 sehingga urusan semacam ini seharusnya masuk ranah perdata. Polisi menjatuhkan hukuman pada pelaku dengan dalih ‘R’ telah melecehkan simbol negara dan bertingkah laku tidak sesuai. Yang mana hal ini sudah tidak sesuai dengan fakta lagi jika dijelaskan oleh postingan yang sama diatas. Jujur saja poin 1 dan paragraf ini saya tulis berbeda waktu dengan paragraf yang ada diatas, yang mana paragraf yang sebelumnya saya sudah membahas bahwa government ataupun pemimpin di Indonesia ‘in general’ sudah ‘mislead so many people’. Dan terbukti kepolisian dalam kasus ini
    telah sewenang-wenang dalam bertindak karena berpikir kepolisian mempunyai kekuatan tertentu dalam menangani kasus ini dan berpikir pelaku sepenuhnya bersalah. Jika polisi berpikir telah melakukan hal yang memang benar, saya ingin tahu apakah bapak Jokowi sendiri ‘approved’ akan tindakan seperti ini. Kasus yang memang terlihat kecil namun bisa menjadi ‘pattern’ buruk yang bisa terjadi kedepannya untuk pihak penanganan kasus di Indonesia yang bisa saja berlaku untuk kasus yang lebih besar lagi. Toh sebenarnya pihak berwenang di Indonesia sudah kehilangan kredibilitas nya jauh sebelum ini (akan penulis bahas di poin ke 2). ‘The irony is’ Beliau sebagai presiden terlalu sering membawa kata-kata kredibilitas, akuntabilitas, dan kata sepadan lain di dalam pidatonya baru-baru ini. Yang mana sama sekali tidak menggambarkan apa yang telah terjadi sejauh ini di Indonesia.

Master Mind of President: Jika berbicara tentang bapak presiden sebagai ‘simbol negara’ yang diparodikan di paragraf diatas penulis ingin buka-bukaan saja jika dilihat dari sudut pandang penulis. Penulis bisa mengatakan bahwa ‘Mr.Presidenthas great ability to manipulate jika tidak pun beliau bisa dikatakan memiliki great plan how to president, serta memiliki penasehat serta psikolog yang sangat hebat untuk membantu membangun ‘image’ dan ‘character’ presiden di era ini. Kru yang membantukan bapak presiden membangun karakternya sangat paham bahwa rakyat Indonesia tergolong sebagai ‘ENFJ’ personality dan demografi yang lebih banyak usia produktif nya. Dari kesimpulan tersebut bapak presiden haruslah bertindak sebagai ‘social butterfly’ ‘as fun as it looks but it never can manipulate my eyes tho, funny how I can see thru’. Lalu bagaimana seharusnya seorang ‘social butterfly’ bertindak? Ya seperti bapak presiden sekarang. Dengan melakukan blusukan secara berkala atau mungkin rutin, melakukan vlog bersama perdana menteri, presiden dunia dsb, melakukan kegiatan broadcast di TV mengenai kegiatan sehari-hari, bertemu dan merangkul anak-anak muda sebagai influencer, ‘overshare intimacy with his family, kids etc, memakai pakaian adat di saat-saat acara-acara penting yang berskala mata dunia, dan masih banyak lagi. Semua dilakukan untuk membuat impresi bahwa presiden di masa sekarang sangat berbeda dengan presiden yang sudah-sudah. Sehingga membuat pondasi yang kuat bahwa presiden sekarang ‘can’t do nothing wrong’ dan membuat harapan yang sangat tinggi kepada bapak presiden. Karena kemana-mana presiden pergi bisa dilihat beliau selalu membuat ‘big crowds’ ‘people might be thinking he’s probably saint or something, like WhAt are you guys doing?’.

But don’t got wrong he might one of the best president so far but I probably change my mind towards the end of the year his job as a Mr. President tho’. ‘But 2021 already reveal so much about mr.president and all the trouble that must endure on his second half of the decade of his work’. Jujur saja saya sangat memuji kinerja beliau sebagai walikota Solo. Namun semuanya menjadi terang saat salah satu kritikus politik ternama menerangkan di salah satu stasiun TV bahwa partai banteng memilih bapak presiden ‘because the sake of his popularity’. Dari akar seperti ini saja bisa dikatakan bapak presiden sepertinya tidak seratus persen siap untuk terjun langsung dalam bursa ini ‘in first place’. Karena kepopularitasan beliaulah partai banteng hitam dan partai ‘ally’ lainnya ‘try to pushing the agenda’ dan salah satu yang terlihat adalah memperkuat ‘image’ seorang presiden adalah seorang yang suka blusukan dan memberi hadiah ‘sepeda’. ‘Unfortunately, Mr. President failed to do so, he want to look like a social butterfly but at the same time he want to have charisma of authorative figure’. ‘He’s look stiff and barely even smile. His laugh sound contagious but doesn’t sound genuine at all, ’. Bapak presiden sadar bahwa negara Indonesia adalah negara bebas berpendapat sekarang, dan masih banyak anak-anak muda yang cerdas secara umum oleh sebab nya beliau untuk menyarankan untuk tetap mengkritik pemerintahan yang sekarang. Tapi apa hasilnya?, kita malah menjumpai hal-hal yang terjadi pada Riswan di paragraf pertama diatas. Kritik seperti dibatasi, namun agenda tentunya tetap harus berjalan. Penangkapan kasus yang melibatkan kritik seperti ini seharusnya tidak mengejutkan bagi pembaca dan sama untuk penulis. Dimana ketika bapak Jokowi terang-terangan menyalahkan pemerintahan sebelum ini ketika rencana nya di pemerintahannya tidak berjalan seperti yang diinginkan. Persona yang dibangun oleh beliau telah membawa nya terlalu jauh, sehingga membuat ‘Mr.president look just like another narcs’.

2. Tragedi Kapal Selam Nanggala 402

Bapak presiden Jokowi dan kru yang telah membantu suksesnya 2 periode sudah tahu bahwa jabatan nya di era informasi seperti sekarang akan sangat ‘tough’. Oleh karena itu seperti yang penulis telah paparkan di poin 1, persona dan karakter yang telah dibangun sangat diperlukan dan setidaknya bisa menyelamatkan bapak presiden dari asap dari api yang tidak diinginkan. Semakin berjalan nya waktu masalah demi masalah terbit ke permukaan. Seperti tidak ada habisnya, oleh karena itu penulis melihat masalah yang terbit ke muka publik seperti momen yang sudah seharusnya terjadi di era kepemimpinan bapak Jokowi. Karena dari awal bapak Jokowi gencar untuk
membersihkan kepemimpinan dan birokrasi yang sudah tidak relevan dan bersifat sistematis. Masalah demi masalah yang muncul seperti ledakan big-bang yang tidak terelakkan karena setalah ledakan terjadi penulis berharap
terjadi sesuatu yang lebih baik di masa depan. Penulis tidak bisa membayangkan jika posisi kepresidenan tidak dipimpin oleh bapak Jokowi, mungkin masalah akan terus ‘under the radar’ khususnya masalah korupsi. Sayangnya, masalah korupsi dan kemanusiaan yang muncul di permukaan masih belum bisa ditangani sepenuhnya, termasuk penjatuhan hukuman yang dirasakan tidak pantas dan setimbang dengan kerugian yang ditimbulkan. Permasalahan di seputar korupsi semakin keruh ketika Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan disiram menggunakan air keras. Sebuah ironi dimana, polisi gencar mencari pembuat mural sedangkan masalah pengungkapan pelaku penyiraman yang membuat kerusakan fisik malah terlihat semakin berlarut dan hilang dari topik
pembahasan. Penulis kemudian menghubungkan dengan fakta bahwa korupsi yang semakin merajalela ketika Wakil Koordinator Indonesian
Corruption Watch
(ICW) Siti Juliantari mencatat sepanjang tahun 2020 terdapat 444 kasus korupsi dengan nilai kerugian negara ditaksir Rp 18,6 Triliun telah ditindak oleh penegak hukum di Indonesia (Source: bangsamahasiswa via instagram). Kemudian bangsamahasiswa melanjutkan bagian yang mencengangkan yakni ketika Eks Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara sempat dikaitkan dalam polemik keterlibatan Ruangguru dalam program kartu prakerja. Belva lantas memutuskan mundur dari jabatannya di lingkaran kepresidenan menyusul polemik tersebut.Tak hanya itu, Tari juga menilai kebijakan Kartu Prakerja tidak transparan dalam
proses pemilihan platform digital. Pasalnya, program tersebut tidak terbuka mengenai dasar pemilihan vendor yang ditunjuk untuk memfasilitasi program Kartu Prakerja. ”Kartu Prakerja ini ya hanya dipilih platform-platform digital ini karena dekat sama pembuat kebijakannya, tetapi tidak bertujuan untuk kepentingan publik,” ujarnya.

Kembali pada judul poin, tragedi kandas nya kapal selam Nanggal 402 juga ternyata lantas tidak jauh dari sentuhan mafia korupsi pengadaan alutsista. Seperti yang dipaparkan oleh video yang berjudul ‘TERUNGKAP! SIAPA DALANG PENYEBAB TENGGELAMNYA KRI NANGGALA-402’ yang mengudara pada 28 April 2021 di kanal Youtube POIN, “Duka yang teramat mendalam kembali menghampiri bangsa Indonesia dan dunia kemaritiman. Sebanyak 53 prajurit Hiu Kencana dinyatakan gugur dalam tra-gedi tenggelamnya KRI Nanggala 402. Kapal selam tersebut tenggelam ketika menggelar latihan di perairan Bali pada Rabu 21 April lalu. Rupanya peristiwa tersebut, menuntun terbukanya tabir mengenai adanya mafia dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan ada sosok yang berpengaruh dalam pengadaan sistem persen-jataan prajurit. Hal tersebut makin meperburuk persoalan alutsista TNI”. “Terkait dengan usia Nanggala 402 yang terbilang cukup tua, Connie berpendapat jika umur kapal selam tidak
menjadi masalah asalkan maintenance dilakukan dengan ketat. Salah satunya terkait dengan MRO atau Maintainance, Repair and Overhaul. Sejak awal dirinya telah meminta agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengaudit sistem MRO. Senada dengan Connie, Mantan Kabais TNI Soleman B Pontoh juga menyampaikan walaupun kapal berusia tua namun jika maintainancenya dilakukan dengan baik, kapal selam akan tetap bagus. Untuk itu, sistem MRO terakhir Kapal Naggala 402 harus di audit. Meski tidak menyebutkan secara detail, Connie sempat menyebut inisial M sebagai salah seorang mafia yang dimaksud dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.

Kemudian penulis disini ingin menyoroti bahwa walaupun kapal selam yang digunakan adalah kapal selam yang sudah cukup tua dan bukan first hand, penulis juga mendengar bahwa kapasitas yang seharusnya boleh untuk dinaiki ternyata dilanggar, disini menunjukkan sistem yang buruk di dalam instansi penting dan resmi seperti TNI-AU sehingga harus memakan banyak korban jiwa. Memberikan impresi kepada publik seakan-akan ada pihak yang meremehkan bahwa kegiatan ini hanya ‘sekedar latihan’ semata. Namun ‘human error’ yang terjadi seperti di instansi penting seperti TNI juga telah terjadi sebelumnya dimana ‘korupsi anggaran pembelian alutsista tahun 2010–2014 sebesar 12 juta dollar Amerika yang dilakukan oleh Brigjen TNI Teddy Hernayadi. Atas perbuatan kejinya itu, Teddy dijatuhi hukuman penjara seumur hidup’ (Sumber: Kanal Youtube POIN). Daftar panjang kasus seperti ini semakin membuat publik tidak lagi percaya dengan keputusan yang dibuat pemangku jabatan penting yang seharusnya melindungi rakyatnya namun diselewengkan dengan semena-mena.

Sebagai ‘cherry on top to helping for the hard times, I just want to make a little message for family of the victims from Nanggala 402. If you see this then it is probably for you. Especially for the kids that lost their father/mother on the process of this tragedy. Far from this time I writing this article I actually got several goosebumps acknowledging that I actually receive a dream about a ship that has been sunken on the ocean, a literal submarine. If I can describe the situation of what happen is, all I see that the capacity is so full by so many people on that ship. I was thinking this ship must be big then. And I actually took my sit in front of the glass right in the captain room-like or something, or maybe I just forgot. I receive this dream before the news has been aired on all the medias. Actually like 2 to 3 days max.
As a kid that already have his parent move to higher realm all I want to say is that your parent are still watching you. I know what one must endure and feel during the time they lost their loved one, so I’d like to give you that closure. That our parent are actually fine, if they’re not that really fine. You my friend that the one must enjoying any seconds your life to the fullest so your loved onewill safe from the closure of seeing you actually doing just fine too. But make sure don’t make it so hard on your self. Take it day by day, because I already grew up from this trauma too.

Okay, and that’s it for point no 2.

3. Manifestasi Korupsi di Indonesia

Penulis menggambarkan manifestasi korupsi di Indonesia terjadi dikarenakan edukasi di Indonesia yang masih buruk ditambah lagi selera untuk membaca rakyat Indonesia sangatlah rendah. Padahal rakyatnya adalah orang yang sebelumnya menggebu-gebu untuk segera memerdekakan diri dari penjajahan. Namun ternyata statemen yang dikeluarkan bapak proklamasi Indonesia yaitu Bung Karno telah menjadi kenyataan dimana perjuangan rakyat Indonesia di zaman sekarang adalah melawan sesama rakyat nya sendiri. Namun diam-diam para pemimpin di Indonesia tidak ingin disebut rakyat dan mulai menyiapkan lahan untuk diri nya sendiri. Sepilu itu memang. Pendidikan di Indonesia anggaran nya terus saja tidak masuk akal dan dianggap kurang oleh banyak pihak dikarenakan pembangunan pendidikan yang terlihat berjalan di tempat dan banyaknya sekolah yang
terbengkalai konstruksi nya dan banyak lagi polemik lainnya. Pembangunan seperti diperlambat dan anggaran malah dialokasikan ke proyek lainnya. Presiden dengan bangganya malah mengalokasikan kepada pembangunan jalan raya dan tol, pemindahan ibukota baru dsb nya yang akhirnya hanya berakhir menjadi hutang. Padahal masalah yang sebenarnya yang lebih penting adalah pada mencerdaskan bibit-bibit baru yang diharapkan bisa membawa Indonesia ke kancah dunia. Ironinya adalah bapak presiden suka sekali memamerkan penggunaan baju adat di beberapa kesempatan nya di acara penting namun fakta mencengangkan nya adalah seperti yang di posting oleh akun bangsamahasiswa via Instagram yang memaparkan ‘Kasus penggusuran wilayah adat yang dialami oleh Masyarakat Adat Laman Kinipan di Kalimantan Tengah oleh perusahaan perkebunan sawit, eksploitasi hutan Akejira yang menjadi ruang hidup Orang Tobelo Dalam oleh perusahaan tamban Nikel, kasus perampasan tanah adat di Boven Digoel, Papua oleh perkebunan sawit, atau yang terhangat kasus penggusuran wilayah adat di
kawasan Tano Batak untuk dijadikan perkebunan ekaliptus. Ini semua hanya sedikit contoh dari berbagai kasus perampasan wilayah adat yang terjadi di Nusantara”. Selain itu bangsamahasiswa juga mengungkapkan bahwa ‘Presiden Jokowi sering menggunakan baju adat dalam banyak kesempatan acara kenegaraan. Namun sudah 12 tahun RUU Masyarakat Adat tak kunjung disahkan, juga masih banyak penggusuran wilayah adat.”
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (@rumahjuangrakyat)’. Sebelum ini rakyat Indonesia sempat merasakan sedikit gembira saat mengetahui saham PT. Freeport jatuh ke tangan Indonesia sebanyak 51 % namun rasa gembira berubah menjadi pahit setelah memasuki beberapa tahun masa jabatan nya bapak presiden malah menandatangani perjanjian baru mengenai investasi di tanah adat yang ada di Indonesia di luar maupun di dalam Papua. Sad but true.

Selanjutnya kembali kepada topik pendidikan, Indonesia juga mempunyai rapor jelek dalam menangani permasalahan pendidikan apalagi pendidikan di perguruan tinggi dan kedinasan. Sudah banyak korban yang telah meninggal ketika menjalani sekolah kedinasan dan sangat disayangkan permasalahan tersebut terjadi pada saat anak didik baru saja diterima dan mengikuti masa orientasinya, sedihnya kejadian ini malah ditoleransi dan sengaja ditutupi karena oknum yang terjerat adalah orang penting, dsb. Masalah klasik di Indonesia yaitu hukum yang pandang bulu. Masalah yang sama juga tentunya menimpa pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi masih tidak jauh dari kasus korupsi , penyelewengan kekuasaan, bahkan baru-baru ini ada rektor yang merangkap jabatan lain di badan usaha kenegaraan.

Di paragraf terakhir penulis juga ingin menambahkan bagaimana Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar tapi masih saja tidak dikenal di dunia global. Misalnya saja ketika penulis membuka Quora, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang dilontarkan seputar Indonesia pasti selalu melibatkan manusia nya yang sangat unik, kalau tidak pasti karakter orang Indonesia yang terlalu kuno, dan orang luar tidak terlalu mengenal Indonesia selain ramah dan yang suka ikut campur urusan orang dan menanyakan pertanyaan yang bersifat privasi di awal tatap muka. Jika membahas ke media luar, Indonesia juga pasti hanya dikenal yang sangat buruk dalam menangani masalah HAM yang tidak kunjung beres dan malah terus bertambah panjang itu. Sampai disini dulu artikel yang bisa penulis sampaikan, sebenarnya terlihat gantung. Mungkin penulis akan mencoba membuat bagian keduanya, karena masih banyak yang ingin penulis imbuhkan lagi yang tentunya menarik untuk dibahas dan pastinya penting.

Disini penulis ingin menyampaikan dari pemaparan diatas sudah saatnya pemerintah untuk membenahi diri dan lebih mementingkan kepentingan rakyatnya, setidaknya dari segi pendidikan. Karena percayalah anak-anak Indonesia adalah anak yang cerdas dan tinggal diasah sedikit saja, Indonesia bisa saja mengguncang dunia dengan prestasi dan ‘good manner’ nya. Indonesia terkenal dengan salah satu negara yang berbasis budaya, adat istiadat, dan agamanya. Tentu saja tidak adil dan keji jika harus memiliki dan mempertahankan para pemimpin yang tidak memiliki hati nurani dan pikiran jernih untuk berpikir dan mata yang jelih untuk melihat mana yang benar dan salah. Indonesia terkenal dengan salah satu negara konservatif terbesar di Asia, malu jika untuk masalah penanganan HAM nya masih nol. Setidaknya malu didepan sila-sila Pancasila. Sejauh ini penulis pun masih bingung
sebenarnya apa yang di konservasikan di negeri ini. harta, tahta, jabatan atau Pancasila nya?

Advice: Watch out what you read on the internet, take your own discernment on every little situation. This article could contain false information. So if you see one, please make yourself a favor to put a comment down below. If you like it you can give a clap. Have a nice day. Thank you for reading.

--

--